Selasa, 04 Agustus 2009

Legenda Batu Menangis



Legenda Batu Menangis (Cerita Rakyat Kalimantan )

Disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya.
Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.
Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.

Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang dijalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup ditempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.
Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.
Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu, "Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu?"
Namun, apa jawaban anak gadis itu ?
"Bukan," katanya dengan angkuh. "Ia adalah pembantuku !"
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
"Hai, manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?"
"Bukan, bukan," jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. " Ia adalah budakk!"
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.
Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih dapat menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawabannya sama dan yang amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu berdoa.
"Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah dia...."
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.
" Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu...Ibu...ampunilah anakmu.." Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut " Batu Menangis ".

Demikianlah cerita berbentuk legenda ini, yang oleh masyarakat setempat dipercaya bahwa kisah itu benar-benar pernah terjadi. Barang siapa yang mendurhakai ibu kandung yang telah melahirkan dan membesarkannya, pasti perbuatan laknatnya itu akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Kuasa.###

Sabtu, 01 Agustus 2009

Asal-Usul Surabaya



Asal Usul Surabaya ( Cerita Rakyat Jawa Timur )

Dahulu, dilautan luas sering terjadi perkelahian antara ikan hiu Sura dengan Buaya. Mereka sering terjadi perkelahian hanya karena berebut mangsa. Keduanya sama-sama kuat, sama-sama tangkas, sama-sama cerdik, sama-sama ganas dan sama-sama rakus. Sudah berkali-kali mereka berkelahi belum pernah ada yang menang ataupun kalah. Akhirnya mereka mengadakan kesepakatan.
"Aku bosan terus-menerus berkelahi, Buaya," kata ikan Sura.
"Aku juga, Sura. apa yang harus kita lakukan agar kita tidak lagi berkelahi?" tanya buaya.
Ikan Hiu Sura yang sudah memiliki rencana untuk menghentikan perkelahiannya dengan buaya segera menerangkan.
" Untuk mencegah perkelahian diantara kita, sebaiknya kita membagi daerah kekuasaan menjadi dua. Aku berkuasa sepenuhnya di dalam air dan harus mencari mangsa didalam air, sedangkan kamu berkuasa didaratan dan mangsamu harus yang berada didaratan. Sebagai batas antara daratan dan air, kita tentukan batasnya, yaitu tempat yang dicapai oleh air pada waktu pasang surut!"
"Baik aku setuju gagasanmu itu!" kata Buaya.

Dengan adanya pembagian wilayah kekuasaan, maka tidak ada perkelahian lagi antara Sura dan Buaya. Keduanya telah sepakat untuk menghormati wilayah masing-masing.
Tetapi pada suatu hari, Ikan Hiu Sura mencari mangsa disungai. Hal ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi agar Buaya tidak mengetahui. Mula-mula hal ini memang tidak ketahuan. tetapi pada suatu hari Buaya memergoki perbuatan Ikan Hiu Sura ini. Tentu saja Buaya sangat marah melihat Ikan Hiu Sura melanggar janjinya.
" Hai Sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati berdua? Mengapa kamu berani memasuki sungai yang merupakan wilayah kekuasaanku?" tanya Buaya.
Ikan Hiu sura yang tak merasa bersalah tenang-tenang saja.
"Aku melanggar kesepakatan? Bukankah sungai ini berair. Bukankah aku sudah bilang bahwa aku adalah penguasa di air? Nah, sungai ini kan ada airnya, jadi juga termasuk daerah kekuasaanku," kata Ikan Hiu Sura.
"Apa? Sungai itu kan tempatnya didarat, sedangkan daerah kekuasaanmu ada dilaut, berarti sungai itu adalah daerah kekuasaanku!" Buaya ngotot.
" Tidak bisa. Aku kan pernah bilang kalau diair hanya air laut, tetapi juga air sungai," jawab Ikan Hiu Sura.
"Kau sengaja mencari gara-gara, Sura?"
"Tidak! kukira alasanku cukup kuat dan aku memang dipihak yang benar!" kata Sura.
"Kau sengaja mengakaliku. aku tidak sebodoh yang kau kira!" kata Buaya mulai marah.
"Aku tak peduli kau bodoh atau pintar, yang penting air sungai dan air laut adalah kekuasaanku!" Sura tetap tak mau kalah.
"Kalau begitu kamu memang bermaksud membohongiku?. Dengan demikian perjanjian kita batal! Siapa yang memiliki kekuatan yang paling hebat, dialah yang akan menjadi penguasa tunggal!" kata Buaya.
"Berkelahi lagi, siapa takuuuut" tantang Sura dengan pongahnya.
Pertarungan sengit antara Ikan Hiu Sura dan Buaya terjadi lagi. Pertarungan kali ini semakin seru dan dahsyat. Saling menerjang dan menerkam, saling menggigit dan memukul. Dalam waktu sekejap, air disekitarnya menjadi merah oleh darah yang keluar dari luka-luka kedua binatang itu. Mereka terus bertarung mati-matian tanpa istirahat sama sekali.
Dalam pertarungan dahsyat ini, Buaya mendapat gigitan Ikan Hiu Sura dipangkal ekornya sebelah kanan. Selanjutnya, ekornya itu terpaksa selalu membelok kekiri. Sementara Ikan Sura juga tergigit ekornya hingga hampir putus lalu ikan Sura kembali kelautan. Buaya puas telah dapat mempertahankan daerahnya.

Pertarungan antara Ikan Hiu Sura dengan Buaya ini sangat berkesan dihati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu, nama Surabaya selalu dikaitkan dengan peristiwa ini. Dari peristiwa inilah kemudian dibuat lambang Kota Madya Surabaya yaitu Ikan Sura dan Buaya.

Namun ada juga yang berpendapat Surabaya berasal darikata Sura dan Baya. Sura berarti Jaya, Baya berarti Bahaya. Bahaya yng dimaksud adalah serangan tentara tar-tar yang hendak menghukum Raja Jawa. Seharusnya yang dihukum adalah Kertanegara, karena Kertanegara sudah tewas terbunuh, maka Jayakatwang yang diserbu oelh tentara Tar-tar. Setelah mengalahkan Jayakatwang, orang-orang Tar-tar merampas harta benda dan puluhan gadis-gadis cantik untuk dibawa keTiongkok. Raden Wijaya tidak terima diperlakukan seperti ini. Dengan siasat yang jitu, Raden Wijaya menyerang tentara Tar-tar dipelabuhan Ujung Galuh hingga mereka menyingkir kembali ketiongkok.
Selanjutnya, dari hari peristiwa kemenangan Raden Wijaya inilah ditetapkan sebagai harijadi Kota Surabaya.

Surabaya sepertinya sudah ditakdirkan untuk terus bergolak. Tanggal 10 Nopember 1945 adalah bukti jati diri warga Surabaya yaitu berani menghadapi bahaya serangan Inggris dan Belanda.***

Raja Yang Culai



Raja Yang Culas ( Cerita dari Riau )

Dahulu kala ada sebuah kerajaan yang disebut kerajaan Tiangkerarasen. Negeri itu aman dan tenteram karena Sang Raja memerintah dengan bijaksana. beliau mempunyai beberapa orang putera dan puteri dari permaisuri yang cantik jelita.

Namun ketentraman dan kebahagiaan keluarga itu tak berlangsung lama. Pada suatu hari, raja berjalan-jalan dengan menunggang kuda kesayangannya. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang gadis yang cantik jelita. setelah berkenalan dengan seorang gadis yang cantik jelita. Setelah berkenalan, raja mengajak gadis itu pulang ke istana. Gadis itu selain cantik ternyata mempunyai perangai yang lembut dan tutur kata yang halus. Raja jatuh cinta dan menikahi gadis tersebut. Tindakan raja ini ditentang oleh permaisuri dan putra-putrinya. Namun raja terlalu mencintai gadis itu.

setelah beberapa bulan berlalu, gadis yang menjadi isteri muda raja itupun hamil. Permaisuri dan putra putrinya makin marah. Mereka betul-betul menunjukkan sikiap benci kepada raja. Putra-putrinyapun sudah berani melawan. Keadaan ini sangat menekan Sang Raja. Lalu berpikir oleh sang Raja untuk menyingkirkan isteri mudanya.

Pada suatu hari Raja mengajak isteri mudanya berjalan-jalan di hutan. Keduanaya menyusuri sebuah sungai yang besar dengan sebuah perahu. Ketika sang istri sedang asyik menikmati pemandangan, tiba-tiba sang raja mendorongnya kesungai. Istrinya sangat terkejut, lalu berteriak-teriak minta tolong. sebenarnya hati sang Raja sangat iba, tetapi apa boleh buat ingin mengakhiri hubungannya yang tegang dengan permaisuri dan putra-putrinya.

sementara itu dihilir sungai seorang pengail melihat perempuan itu hanyut. Ia segera menyelamatkan perempuan itu yang tak lain adalah isteri muda raja Tiangkerarasen

Bulan berganti bulan tahun berganti tahun. Putera Raja yang lahir dari isteri telah beranjak remaja. Ibunya memberinama Aji Bonar. Pemuda itu mempunyai kegemaran bermain gasing dan mengail. suatu hari ia ingin pergi ke negara Tiangkerarase.. Sebab, ia mendengar kabar bahwa putra raja Tiangkerarasen suka bermain gasing dengan taruhan. suatu hari ia bisa bermain gasing dengan putra Raja. Gasing Aji Bonar menang, lalu ia membawa ayam jago taruhan kerumah. Kemenangan gasing Aji Bonar ini membuat putra raja makin penasaran. Lalu ia bertaruh yang lebih besar lagi.
Begitulah taruhan itu terjadi berulang-ulang. dari taruhan yang kecil-kecil sampai taruhan rumah yang besar lengkap dengan isinya. Pertandingan inipun dimenangkan Aji Bonar. Kekalahan putera raja yang terus menerus ini tidak membuatnya jera. justru ia makin penasaran dan bertekad harus dapat mengalahkan gasing Aji Bonar.

suatu hari putra raja mengumpulkan seluruh rakyat negeri Tiangkerarasen di gelanggang permainan gasing. Tidak lupa ia mengundang Sang Raja, ayahnya. Setelah semua berkumpul, putra raja berseru :
" Hai rakyatku, hari ini aku mempertaruhkan negeri ini beserta isinya kepada Si Aji Bonar. Jika ia kalah, ia akan mengembalikan seluruh kemenagan yang diperoleh dariku. Jika aku yng kalah maka negeri ini akan kuberikan kepadanya. Ia akan memerintah seluruh negeri ini. Apakah kalian setuju?"
"Setujuuuuuuuuuuu", jawab yang hadir serentak.

Tak lama kemudian pertandingan dimulai. seluruh hadirin bersorak-sorai menjago pilihan masing-masing. Gasing Aji Bonar berputar-putar cepat sekali dan cepat mematikan gasing putera raja. Sorak-sorai gemuruh menyambut kemenangan gasing Aji Bonar. Harin itu juga Aji Bonar menjadi raja negeri itu.

Beberapa hari kemudian ia menjemput ibunya dengan pasukian kerajaan. seluruh rakyat menyaksikan iring-iringan itu. Juga putra raja yang kalah bertaruh. Disampingnya berdiri sang Raja semula. Sang Raja merasa malu, sebab putra yang dibuang telah menjadi rajanya. Kedua orang itu menyaksikan raja Aji Bonar dengan rasa malu yang tak terhingga.
Template Design by faris vio